Rabu, 30 Juni 2010

Antropologi Olahraga

Oleh Gatot Jariono
A. Latar belakang
Seorang filsuf China; Lao Chai, pernah berkata bahwa suatu perjalanan yang bermil-mil jauhnya dimulai dengan hanya satu langkah. Pembaca dari materi ini juga baru memulai suatu langkah ke dalam lapangan dari suatu bidang ilmu yang disebut dengan Antropologi. Benda apa yang disebut dengan Antropologi itu? Beberapa atau bahkan banyak orang mungkin sudah pernah mendengarnya. Beberapa orang mungkin mempunyai ide-ide tentang Antropologi yang didapat melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik.

Senin, 14 Juni 2010

Peranan Iptek Dalam Meningkatkan SDM indonesia

Gatot Jariono

PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui,teknologi kini telah merembes dalam kehidupan kebanyakan manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun.Dimana upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat martabat manusia.
Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK dalam rangka untuk mengolah SDA yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.Dimana dalam pengembangan IPTEK harus didasarkan terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab,agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata.

Manfaat Berjalan Kaki

Gatot Jariono
Manfaat Berjalan Kaki
Berjalan kaki adalah salah satu olahraga yang murah dan mudah dilakukan. Namun seringkali kita enggan untuk melakukannya. Selain bisa membakar kalori, masih banyak manfaat lain dari olahraga ini. Mau tahu apa saja? Berikut ini beberapa manfaat dari berjalan kaki jika kita lakukan dengan rutin.
Berat Badan Ideal
Ya, bila kita membiasakan berjalan kaki secara rutin, maka akan membakar sejumlah kalori dalam tubuh. Laju metabolisme tubuh meningkat selama kita melakukan aktivitas berjalan kaki. Tidak hanya menurunkan berat badan, tapi juga bisa membuat berat badan ideal untuk tetap stabil jika dilakukan secara rutin dalam jangka waktu lama.

Sabtu, 03 April 2010

Pengertian dan hubungan Tes,Pengukuran, Evaluasi

Oleh Gatot Jariono
Tes, Pengukuran, dan Evaluasi merupakan tiga istilah yang berbeda namun saling berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan dan hubungan di antara ketiganya, sehingga Avira Antivirus istilah tersebut sering tidak tepat penggunaannya. Agar jelas berikut ini akan diuraikan perbedaan dan hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi.
Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau objek. Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara khusus. Kekhususan tes terlihat dari bentuk soal tes yang digunakan, jenis pertanyaan, rumusan pertanyaan yang diberikan, dan pola jawabannya harus dirancang menurut kriteia yang telah ditetapkan. Demikian juga waktu yang disediakan untuk menjawab pertanyaan serta pengadministrasian tes juga dirancang secara khusus. Selain itu aspek yang diteskanpun terbatas. Biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kekhususan-kekhususan tersebut berbeda antara satu tes dengan tes yang lain. Tes ini dapat berupa pertanyaan tertulis, wawancara, pengamatan tentang unjuk kerja fisik, checklist, dan lain-lain.
Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara objektif. Melalui kegiatan pengukuran segala program yang menyangkut perkembangan dalam bidang apa saja dapat dikontrol dan dievaluasi. Hasil pengukuran berupa kuantifikasi dari jarak, waktu, jumlah, dan ukuran dsb. Hasil dari pengukuran dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat diolah secara statistik.
Evaluasi selalu dilaksanakan dengan merujuk kepada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan. Evaluasi merupakan proses pemberian pertimbangan atau makna mengenai nilai dan arti dari sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan tertentu.

Minggu, 28 Maret 2010

JIKA

GATOT JARIONO
Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan
bila anda sedang takut, jangan terlalu takut.
Karena keseimbangan sikap adalah penentu
ketepatan perjalanan kesuksesan anda

Pengabdian sesaat

PENGABDIANKU
Sebetulnya tidak ada orang yang mengabdi kepada orang lain, orang yang mengabdi pada orang lain, dia tengah berusaha supaya dirinya menjadi penting. Anda tidak mungkin mengabdi lama kepada seseorang yang tidak bisa menjadikan diri anda penting. Kalau anda mengabdi kepada seseorang dan bertahan lama, karena orang itu menjadikan anda hebat.
Tujuan pengabdian itu adalah pemuliaan diri, jadilah anggota bangsa yang memuliakan anggota yang lain.
Bisakah kita melihat orang yang tersenyum kepada kita, tanpa berprasangka apapun?.
Jadilah bangsa yang ramah kepada orang yang berusaha ramah kepada kita.
Balaslah ucapan salam seseorang dengan jawaban yang lebih baik dari salam yang diberikannya. Balaslah kebaikan orang dengan kebaikan lebih. Karena baik itu tidak cukup kalau lebih baik itu masih mungkin.
Janganlah menunda pada sesuatu yang sebetulnya anda masih bisa perbaiki, jadilah bangsa yang membesarkan saudaranya.

Rabu, 03 Maret 2010

Olahraga Sebagai suatu permaiana institusional

Gatot Jariono
Mahasiswa program Pascasarjana UNM

Untuk perlakuan olahraga sebagai Instusionalisasi sebagai pertimbangan olahraga suatu entites abstrak. Contoh organisasi dari suatu tim sepak bola seperti yang dijelaskan aturan yang dapat dibahas tanpa referensi untuk anggota dari tim khusus dan hubungan keterkaitan antara anggota tim yang dapat menjadi karakteristik referensi untuk persenalitas yang unit atau untuk penentuan waktu yang khusus. Dalam perlakuan olahraga duatu permainan instusional yang dapat diterima sebagai suatu perbedaan, pola pola indikasi dari struktur budaya dan social yang dikombinasikan kedalam suatu kompositas tunggal elemen dari nilai yang mencakup nilai nilai, norma - norma, saksi, pengetahuan dan posisi social (aturan dan status). Suatu keterkaitan makna dari istilah instutisional yang memerlukan pemahaman gagasan olahraga sebagai pola institusioanl atau blueprint pedoamn organisasi dan penetapan sautu permainan dan dukungan olahraga.
Formulasi dari suatu penerapan aturan untuk sebuah permainan atau sebuah upaya mengenai kejadian khusus tidak hanya konsisten sebagai suatu pola konseptualisasi dalam hal ini. Institusioanalisasi dari suatu penerapan permainan yang mempunyai tradisi aplikasi dan definisi mengenai garis garis pedaoman untuk realisasi kedepan. Terlebih lagi, dalam permainan konkrit suatu kondisi yang sesuai dengan bentuk garis garis pedoman untuk masa yang akan dating. Terlebih lagi dalam memahami penerapan instiusional dalam pengertian sebuah olahraga baseball profesionall yang menjkafi permainan baseball berdasrkan pola institusioanal yang sama dan diantara istilah ini ada taraf institusioanalisasi daan secra empiris sesuai dengan taraf organisasi. Selanjutnya keten tuan empiris membentuk hal tersebut.
Agar situasi pengertian institusi dari olah raga terhadpa berbagai permainan. Diantara permaianan dan olah raga yang menjadi pertimbangan dlam berbagai formulasi dan terorganisir. Adapun non olah raga institusional dalam menentukan karakteristik yang sama terhadap berbagai penentuan olah raga (permainan catur dan pacuan kuda), seperti permainan minoritas dan berbgai kasus dalam permainan olah raga sesuai dengan tingkat permintaan mendemonstrasikan menurut kelayakan fisik.

Olahraga dan fenomena sosial

Olahraga Sebagai suatu fenomena Sosial.
Gatot Jariono,S.Pd
Mahasiswa Program Pascasarjana UNM
Dewasa ini olahraga menjadi suatu fenomena budaya yang tersohor dan kompleks, mempunyai dua konsekuensi yaitu fositif dan negatif untuk individu dan masyarakat. Hal itu mempunyai makna secara menyeluruh, jika tidak semuanya, tentu dikondisikan oleh institusi sosial, termasuk pendidikan, ekonomi, seni, politik, hukum, komunikasi massa dan diplomasi internasional. Mencakup beberapa penilaian, hampir setiap orang termasuk didalamnya, yang mengambil bagian.
Pada ketentuan dari komitmen publik terhadap olahraga, saat ini, telah diterima dari berbagai studi seperti fenomena sosial. Agaknya keberadaan ambikuitas olahraga cukup besar untuk menjamin para ilmuan sosial dan berbagai penguraian yang jelas, untuk menjelaskan sendiri, pentingnya desakan sosial yang bersifat non eksis pada olahraga.
Tanpa menyepelekan batasan studi olahraga, bahwa konsep suatu istilah ambikuitas mempunyai perbedaan makna untuk berbagai ragam pemahaman masyarakat. Ambikuitas merupakan upaya untuk menentukan cakupan topik pembahasan olahraga dari berbagai pemberitaan lewat surat kabar setiap hari. Ditemukan ragam kompetisi olahraga, iklan atau fashion olahraga, kebijakan-kebijakan mengenai perbaikan skill olahraga dalam penanganan tertentu, yang mudah dinyatakan dalam organisasi olahraga termasuk permasalahan mengenai rekrutmen atlet, keberhasilan dan kegagalan dalam pelaporan keuangan, kesenjangan politik dan skandal berbagai event olahraga.

Pentingnya Olahraga

Pentingnya Studi Olahraga
Banyak manfaat yang bisa diambil dari studi-studi mengenai olahraga dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial. Manfaat ini di satu pihak adalah untuk kepentingan perkembangan teori-teori ilmu-ilmu social dan dipihak lain adalah untuk kepentingan praktis (Lueschen, 1997). Didalam kegiatan-kegiatan olahraga dimana komplik-komplik yang teratur, ketaatan para pemain did dalam pertandingan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang ada yang disertai dengan suatu sistim kontrol atas ketaatan tersebut, dan serangkaian tingka laku para penonton, yang merupakan suatu ciri-ciri yang khusus ada didalam suatu pertandingan olahraga dapat merupakan suatu studi yang amat banyak gunanya. Karena, teori-teori yang didapat atau yang bisa dikembangkan dari studi ini dapat digunakan untuk memahami berbagai gejala-gejala dan proses-proses sosial yang terdapat didalam masyarakat yang kira-kira bersamaan dengan gejala-gejala dan proses-proses yang terdapat didalam suatu pertandingan olahraga. Pengetahuan teori tentang olahraga dari pendekatan-pendekatan ilmu-ilmu social bisa digunakan untuk menganalisa gejala-gejala dan proses-proses social yang ada, mentest suatu teori yang dapat dipakai sebagai pegangan didalam menganalisa proses-proses social lainya.

Hubungan olahraga dengan masyarakat dan kebudayaan

Pendidikan jasmani dan pedagogi olahraga

A. Pedagogi olahraga dan Pendidikan Jasmani
Meskipun rumusan lingkup unsur pedagogi olahraga (sport pedagogy) beragam pada berbagai negara, karena terkait dengan perbedaan budaya, akar sejarah, dan standar metodologi,namun pada tingkat internasional, terdapat persamaan pemahaman yaitu pendidikan jasmani dipahami sebagai sebuah bidang studi (mata pelajaran) di sekolah, dan pedagogi olahraga dipandang sebagai sebuah subdisipIin iImu dalam kerangka iImu keolahragaan. Di berbagai negara di seluruh dunia, perkembangan pendidikan jasmani dan pedagogi olahraga terkait dengan sejarah, yang mencerminkan perbedaan perkembangan secara nasional dan perbedaan konsep, seperti juga perbedaan teori dan paradigma. Meskipun perspektif sejarah tampak merupakan bagian terpadu dari semua Subdisiplin ilmu ke olahraggaan (misalnya, sport medicine, sport psychology), namun ada elemen sejarah yang amat khusus yang mengaitkan kedua subdisiplin ilmu keolahragaan, pedagogi olahraga, dari sejarah olahraga (sport history).

Olahraga Sebagai Fenomena sosial

Gatot Jariono,S.Pd
3 Maret 2010
Abstrak : dalam kaitannya dengan olahraga sebagai fenomena sosial dalam sosiologi olahraga ini sangant dikaitkan dengan perkembangan sosial budaya manusia yang sehat jasmani dan rohani, hal ini merupakan pembentukan perkembangan hubungan interaksi dengan masyarakat sekitar. Fenomena sosial ini jika dipahami dan dimengerti bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan yang sangat penting yaitu memberikan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat langsungdalam berbagai pengalaman belajar melalui interaksi dengan sesama masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain baik itu dari lapisan masyarakat yang pendidikannya rendah sampai masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi.

Kata Kunci : Olahraga,fenomena sosial, Sosiologi Olahraga

Jumat, 26 Februari 2010

Motor Learning

Menstabilkan kemampuan-kemampuan dan keterampilan motorik bukanlah suatu pekerjaan yang gampang. Apalagi hal ini berkaitan dengan upaya peningkatan dan pengembangan kedalam suatu bentuk prestasi. Prestasi itu merupakan suatu yang sangat kompleks dan sensitif. Dikatakan komplek karena prestasi membutuhkan banyak pertimbangan dan kemampuan analisis yang tinggi, baik terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi secara positif, apalagi terhadap hal-hal yang negatif. Untuk dapat membantu guru pendidikan jasmani dalam menyusun stategi pembelajaran dan mengendalikan proses pembelajaran secara optimal, maka diperlukan pengetahuan dan pengalaman atau pemahaman tentang ciri-ciri fase belajar motorik tingkat tiga.

Kamis, 25 Februari 2010

UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Namun kenyataan di lapangan dalam masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu @ 40 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh di jajaran pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran tentang pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran.
Adanya ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2004 untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.

Biar Gratis Asal Berkualitas

 Gatot Jariono

Pemerintah menaikkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara signifikan. Jumlahnya masih belum bisa menutup seluruh biaya operasional sekolah. Perlu andil Pemerintah Daerah agar sekolah gratis tidak mengorbankan mutu.

Aplaus meriah mengiringi penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Departemen Pendidikan Nasional dan Kepala Dinas Pendidikan di seluruh Indonesia. Bertempat di gedung Depdiknas, Jakarta, nota kesepahaman ini, antara lain diteken oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, Ph.D. pada medio Januari lalu.

Seremoni ini menandai penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk semua sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Tahun ini pemerintah mengalokasikan dana BOS 50% lebih besar daripada tahun sebelumnya. Bila tahun lalu alokasinya Rp 11,2 triliun, tahun ini naik setengahnya menjadi Rp 16 triliun.

Teknik Pengumpulan data bukan survei

Teknik observasi
Metode observasi terutama digunakan untuk mengumpulkan data tentang prilaku nonverbal. Meskipun metode observasi pada umumnya menggunakan teknik penglihatan, namun bisa juga indera yang lain bisa digunakan, misalnya melalui pendengaran, sentuhan, atau bahkan penciuman. Metode pengumpulan data dengan observasi tidak menghalangi teknik pengumpulan data yang lain, bahkan sering dipadukannya secara simultan. Misalnya, disamping digunakan observasi, juga sering dilengkapi dengan wawancara, studi kepustakaan, atau bahkan eksperimental. Observasi lebih disukai dilakukan jika peneliti ingin mengetahui perilaku masyarakat secara detil, termasuk perilaku nonverbal. Suasana alamiah dari lingkungan masyarakat tertentu, akan tampak tergambarkan dengan melalui observasi atau pengamatan langsung oleh peneliti. Bagaimana pola kehidupan formal mereka dalam kesehariannya, juga perilaku-perilaku khas lingkungan tersebut pada waktu yang berbeda. Semuanya bisa direkam melalui observasi.
Keunggulan observasi
Ada beberapa keunggulan observasi jika dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, antara lain adalah sebagai berikut: (a)

Teknik Instrumen Data

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukaan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabiltasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dlihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (Natural Setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dokumentasi dan triangulasi (gabungan ketiganya).

Metode Pengumpulan data

Dalam penulisan ini data sekunder dikumpulkan dengan cara melakukan studi kepustakaan dan studi dokumen yaitu pengumpulan data yang berdasarkan pada buku-buku literatur.
Metode Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan dan disusun secara sistematis, kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan menggunakan cara berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang mendasar kepada hal-hal yang bersifat umum dan kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

Mengumpulkan data memang pekerjaan yang melelahkah dan kadang-kadang sulit. Berjalan dari rumah ke rumah mengadakan interview atau membagi angket, belum lagi kalau satu dua kali datang belum berhasil bertemu dengan orang yang dicari, atau malah dikejar anjing penjaga. Kadang-kadang sampai ke kantor, atau suatu tempat dan disambut dengan dingin, bahkan kadang-kadang raut wajah yang kecut. Pekerjaan seperti ini sering diberikan kepada pembantu-pembantu peneliti yunior, sedangkan para senior cukup membuat desain, menyusun instrumen, mengolah data, dan mengambil kesimpulan. Yang diambil kesimpulannya adalah olahan data yang pengumpulan banyak dipengaruhi oleh faktor siapa yang bertugas mengumpulkan data. Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan sikap dan interview misalnya, akan mempengaruhi data yang diberikan oleh responden. Kesimpulannya dapat salah. Maka mengumpulkan data merupakan pekerjaan yang penting dalam meneliti. Empat jenis metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Jenis-jenis pengumpulan data

I. Macam-Macam Data
Untuk memperoleh data atau informasi dalam studi kasus tentu perlu dilakukan kegiatan pengumpulan data. Data sebagai informasi awal yang dibutuhkan sebagai penunjang studi kasus, untuk itu diperlukan data-data mengenai klien dalam aspek-aspek sebagai berikut :
Latar belakang keluarga; data tentang orang tua, saudara-saudara, taraf sosial ekonomi keluarga, suasana kehidupan keluarga, adapt istiadat, pola asuh orang tua.
Riwayat sekolah; jenjang pendidikan sekolah yang telah diselesaikan dalam waktu berapa tahun, tamat dimana, tahu berapa, kesulitan belajar yang dialami.
Taraf prestasi; dalam bidang-bidang studi yang mempunyai relevansi bagi perencanaan pendidikan lanjutan dan penentuan jabatan kelak.
Taraf kemampuan intelektual atau kemampuan akademik; kemampuan untuk mencapai prestasi disekolah yang didalamnya berpikir memegang peranan pokok.
Bakat khusus; kemampuan untuk mencapai prestasi yang tinggi di bidang tertentu.
Minat terhadap bidang studi dan bidang pekerjaan tertentu; kecenderungan menetap untuk merasa tertarik pada sesuatu.
Pengalaman diluar sekolah; kegiatan dalam organisasi muda-mudi dan pengalaman kerja.
Cirri-ciri keperibadian yang tidak termasuk kedalam no 4 ,5, 6 diatas; sifat tempramen, sifat karakter, corak kehidupan emosional, nilai-nilai kehidupan yang dijunjung tinggi, kadar pergaulan social dengan teman-teman sebaya, sikap dalam menghadapai permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, keadaan mental dsb.
Kesehatan jasmani; keadaan kesehatan pada umumnya, gangguan pada alat-alat indera, cacat jasmani dan penyakit serius yang pernah diderita.

Teknik Pengumpulan data

Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
Data dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Pada pembahasan teknik pengumpulan data kali ini akan lebih mengarah pada teknik pengumpulan data kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung. (Amirin 2000).
Penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses penyelidikan, yang mirip dengan pekerjaan detektif (Miles, 1992). Dari sebuah penyelidikan akan dihimpun data-data utama dan sekaligus data tambahannya. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Sedangkan data tertulis, foto, dan statistik adalah data tambahan (Moleong, 2007:157).

Profil Kabupaten Wajo

Wajo adalah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang beribukota di Sengkang. Daerah ini berbatasan dengan Kabupaten Soppeng dan Bone di selatan, Kabupaten Luwu dan Sidrap di utara, teluk Sidrap di timur, Kabupaten bone dan Sidrap di barat. Luas wilayah Kabupaten Wajo
2,056.19 Km2.